Kepingan Hati di Seoul
“Appa….! Aku tidak akan pergi dari Seoul. Aku akan tetap
disini.”
“Tapi… kau harus ikut kami ke Berlin. Bukan begitu Tante?”
Tanya Appa pada Tante.
“Yah. Kami tidak yakin kau bisa di sini bersama madam.
Serin… apakah kau cemas dengan sekolahmu?? Nanti akan Tante bereskan. kau
tenang saja” Tante menimpali perkataan Appa. Tapi Yun Serin si gadis muda yang
baru menginjak bangku SMA ini masih tetap ngotot untuk tidak ikut pindah
bersama orang tuanya ke Berlin.
“Appa…. ayolah. Aku bisa menjaga diri, lagian ini
semester pertamaku dan kalau aku pindah ke sekolah lain sangat sulit bagiku
untuk menyesuaikan diri. “Tante… Appa,, please… aku tetap disini saja, aku bisa
menjaga diri. kalian tak usah khawatir.“ ucap Serin dengan penuh harap agar
Tante dan Appanya mengizinkannya.
“Habiskan dulu makananmu… nanti akan kita bicarakan
lagi” ujar Tantenya.
*****
Yun Serin, seorang gadis muda yang periang. Ia sangat
suka dengan musik. Ia tidak ingin pindah dari Seoul karena gadis ini sangat
mencintai kota kelahirannya. Keluarganya harus pindah ke Berlin karena ayahnya
pindah tugas ke sana. Ia tetap ngotot untuk tinggal di Seoul.
“Yukee … kau punya waktu? Ya… bisakah kau kerumah ku..??
Ok… aku tunggu” sambungan komunikasi putus. Serin baru saja menelepon teman
baiknya, Yukee untuk datang kerumahnya. Sambil menunggu kedatangan temannya
itu, Serin mencari-cari sesuatu, ia terus saja mencari dan ia menemukan diary
kesayangannya dan tanpa sengaja ia melihat sebuah benda berbentuk untaian dan
melingkar. Gadis ini terus saja memandangi benda itu, hingga memacu otaknya
untuk mengingat memori-memori lamanya.
Gadis kecil yang sedang bersepeda itu melajukan
sepedanya dengan riang, sambil memegang suatu benda yang baru ia dapatkan dari
Ibunya. Benda itu ialah Kalung. hadiah dari Ibu atas kemenangannya dalam lomba
musik. Gadis kecil yang berumur 7 tahun itu terus melajukan sepedanya dengan
hati yang gembira.... dan tiba-tiba saja gadis itu terjatuh… dan Kalung
pemberian Ibunya hilang.. ia terus mencari, dan terus mencari…”
“Serin” suara lembut dari seorang gadis yang sebaya
dengan Serin membuyarkan lamunannya.
“Hai… Yukee…. Kau sudah datang” sahut Serin sambil
meletakkan kembali Kalung yang sedang dipegangnya.
“Ada apa kau menelponku ?” Tanya gadis itu sambil mengangkat
salah satu alisnya.
“Orang tuaku akan pindah ke Berlin…”
“Kau.. juga akan pindah ? “ sambung Yukee.
“Aku tidak tahu. Aku ingin tetap disini. Tapi mereka
memaksaku terus, apa yang harus kulakukan ? mereka mencemaskanku karena aku
hanya sendirian disini.”
“Turuti kata hatimu dan lakukan yang terbaik untukmu.
jika kau tetap ingin disini bujuk mereka. Aku akan membantumu“ Jawab Yukee.
“Sungguh….?? Wah… kau baik sekali Yukee….. terima kasih…” ujar Serin
dengan senang.
“Memang ini kan yang kau harapkan ? Aku juga lebih senang jika aku
bisa membantumu“ sahut Yukee sambil menyunggingkan seulas senyuman.
****
Ztzzzztttt…….Zzzztttt….. bunyi getaran Handphone membuat
Serin terbangun dari tidur lelapnya. Sulit baginya untuk membuka kelopak mata
yang begitu berat. Ia merogoh tempat tidurnya mencari sumber getaran yang
membuat tidurnya terganggu…. Ia terus mencari sumber bunyi itu dan akhirnya…..
ia menemukan alat itu dan segera membuka flap phonenya…
“halllo” ujar gadis dengan suara serak dan setengah tidur.
“Serin… Apa kabar nak ? amma kangen kamu. Kamu jadi
pindah ke Berlin ?” terdengar suara wanita dari ujung telfon. Serin pun bergegas
bangkit mendengar suara tersebut. Air matanya tak dapat terbendung mendengar
suara Ammanya dari ujung telfon. Dengan tersedu-sedu ia pun berkata
“Alhamdulillah aku baik ma, aku juga kangen Amma, pengen ketemu dan curhat sama
Amma.”
“Sayang… yang tabah yah. Walaupun Amma gak ada di dekat
kamu, tapi Amma akan selalu ada buat kamu. Kamu bisa kok cerita ke Amma lewat
SMS atau telfon” Jawab Amma.
Sesungguhnya hati seorang anak akan hancur melihat orang
tuanya bercerai. Dan Serin pun ingin mencoba untuk menyatukan kembali kedua
orang tuanya yang telah lama berpisah. Tapi ia sadar bahwa niat baiknya
tersebut tak akan berbuah manis, karena Ammanya telah menjadi milik pria lain.
****
Gadis remaja itu terus saja memandangi gambar yang
terpajang di sudut kamarnya, gambar itu adalah foto ketika Serin, Appa, dan
Amma berlibur bersama di Berlin. Sesaat kemudian terlintaslah fikiran-fikiran
yang merasuki otaknya. Ia mencoba mengungkapkan apa yang ia rasakan dalam
hatinya, ”Aku mengerti apa yang di pikirkan kedua orang tua mengapa mereka tega
mengorbankan kebahagiaan anaknya sendiri. Aku sendiri sudah lupa dan tak ingat
sama sekali kehangatan keluargaku yang pernah aku rasakan, karena aku masih
balita yang tak tahu apa-apa ketika orang tua ku bercerai.”
Dengan kekuatan tuhan, perlahan Serin pun mulai membuka
matanya. Ia bisa merasakan bagaimana kasih saying Appa dan Tantenya, hingga
mampu membuat Serin tegar dan bahagia hidup dengan mereka tanpa Amma yang
selama ini jauh darinya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar