Senin, 08 April 2013

Tugas - Konsep Ilmu Budaya Dasar

Budaya Multikultural Hadapi Tantangan

Penulis : Ester Lince Napitupulu | Selasa, 8 Mei 2012 | 18:29 WIB
 KOMPAS/LUCKY PRANSISKAYudi Latif

BANDUNG, KOMPAS.com — Budaya Nusantara Indonesia pada dasarnya senantiasa terbuka untuk menerima aneka budaya dari suku-suku bangsa dan peradaban dunia. Sayangnya, budaya multikultural bangsa ini belumlah menjadi kekuatan dan keunggulan bagi Indonesia untuk menjadi bangsa besar dan maju di dunia.
Indonesia sebagai negara multikultural yang biasa hidup dalam perbedaan dan saling menerima justru mulai mengembangkan hidup dalam permusuhan dan saling benci. Ada pemaksaan kekayaan Indonesia sebagai negeri multikultural dijalankan dengan kebudayaan monolitik dari kelompok dominan.
Persoalan ini mengemuka dalam seminar nasional bertajuk "Peran Kebudayaan untuk Kemajuan Bangsa" di Bandung, Selasa (8/5/2012). Seminar digelar Nabil Society bekerja sama dengan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Katolik Parahyangan dan Harian Kompas
"Dalam masyarakat plural seperti Indonesia, konsepsi kebudayaan yang ditawarkan hendaknya tidak bersifat monolitik," kata Yudi Latif dari Reform Institute.
Menurut Yudi, tantangan demokrasi Indonesia ke depan bagaimana mewujudkan pengakuan politik dan politik pengakuan yang menjamin hak individu ataupun kesetaraan hak dari aneka kelompok budaya sehingga bisa hidup berdampingan secara damai dan produktif dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Arie Indra Chandra, pengajar di Universitas Katolik Parahyangan, mengatakan, banyaknya suku dengan kekhasan budayanya sebenarnya membuka peluang terjadinya budaya Indonesia yang lebih kaya, lebih kenyal, serta lebih terbuka dalam melakukan perubahan.
Demi kejayaan Indonesia, harus dipilah-pilah unsur-unsur budaya yang diperlukan bagi pembangunan menuju kemakmuran. "Sayang, persilangan budaya dari apa yang dimiliki sendiri oleh bangsa ini untuk membentuk budaya unggul tidak terjadi. Yang ada, justru terbentuk budaya kalah yang bangga pada kebudayaan lain," ujar Arie.
Yasraf Amir Piliang, pengajar di Institut Teknologi Bandung, mengatakan, saat ini terlihat tidak ada keinginan untuk melakukan silang budaya. Masyarakat Indonesia berada dalam "jarak" kultural.
Situasi kehidupan bangsa saat ini justru memelihara ketertutupan, tidak berdialog atau berkomunikasi. Akibatnya, selalu timbul konflik dan kecurigaan.
Oleh karena itu, kunci dalam kehidupan bangsa plural dalam menjaga keberlanjutan sebagai suatu bangsa seharusnya ada keinginan untuk memahami dan memperlakukan orang lain dengan baik dan setara supaya tidak terjadi konflik, permusuhan, dan kekerasan lintas budaya.

Sumber :
Editor :
Marcus Suprihadi

OPINI :
    Dalam masyarakat plural seperti Indonesia, konsepsi kebudayaan yang ditawarkan hendaknya tidak bersifat monolitik. Maksudnya disini Budaya monolitik, yaitu budaya yang mempunyai sifat atau menyerupai monolitik (kesatuan berorganisasi yang mempunyai kekuatan tunggal dan tangguh). Praktek budaya monolitik ini dipakai oleh regim Soeharto untuk memperpanjang kekuasaannya selama 34 tahun. Apa yang dikenal di Indonesia dengan kelompok kuning partai Golkar benar-benar mempunyai kekuatan tunggal ketika Soeharto berkuasa.
    Untuk menjaga agar keanekaragaman budaya di Indonesia tetap bersatu dan tidak terjadi perselisihan, permusuhan dan konflik maka dibutuhkanlah keserasian baik antar masyarakat, pemerintah maupun masing-masing kelompok budaya yang beranekaragam. Dengan adanya kesatuan ini maka terjalinlah kekuatan dan keunggulan multikultural bangsa ini sehingga Indonesia bisa menjadi bangsa besar dan maju di dunia.

Tugas - Manusia dan Kebudayaan

DKI Akan Gelar Kongres Kebudayaan Betawi

Sabtu, 3 Desember 2011 | 10:07 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com--Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta akan menggelar Kongres Kebudayaan Betawi selama tiga hari pada Senin (5/12) hingga Rabu (7/12) di Jakarta Pusat.
Menurut Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) DKI Jakarta, Arie Budhiman kepada wartawan di Balaikota, Kamis (1/12), kongres kebudayaan ini bertujuan melestarikan, mengembangkan dan memanfaatkan kebudayaan Betawi agar tidak punah seiiring perkembangan zaman.
"Diharapkan dari hasil kongres dapat menghasilkan rekomendasi usulan kebijakan pelestarian budaya dalam bentuk Peraturan Daerah (Perda) tentang Pelestarian Kebudayaan Betawi," katanya.
Ia mengatakan, Kongres Kebudayaan Betawi diadakan berdasarkan Undang-Undang (UU) Nomor 29 Tahun 2007 tentang Pemprov DKI Jakarta sebagai Ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia.
"Pemprov DKI Jakarta berkewajiban mengembangkan budaya lokalnya, yaitu budaya Betawi bersamaan budaya-budaya lain yang tumbuh berkembang di Ibukota," ujarnya.
Penyelenggaraan kongres diharapkan dapat menjaring saran dan keinginan masyarakat dalam upaya pelestarian, pengembangan dan pemanfaatan kebudayan Betawi di Jakarta.
"Selanjutnya dapat dihasilkan saran, rekomendasi dan kesepakatan yang akan menjadi cikal bakal Perda Pelestarian Kebudayaan Betawi. Perda ini tersusun dengan mengakomodasi aspirasi seluruh masyarakat Betawi yang ada di ibukota," tuturnya.
Ia menjelaskan, legalitas pelestarian kebudayaan Betawi yang akan dituangkan dalam bentuk perda harus mewakili 11 aspek kebudayaan. Diantaranya kesenian, kepurbakalaan, kesejarahan, permuseuman, kebahasaan, kesusastraan, tradisi, Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, kepustakaan, kenaskahan dan perfilman.
"Materi kongres akan mewakili 11 aspek kebudayaan yang akan dimatangkan sebelumnya dalam diskusi. Materi kongres akan meliputi upaya perlindungan seperti upaya pencegahan dan penanggulangan tiga wujud kebudayaan dari kerusakan, kepunahan," katanya.
Lalu materi pengembangan wujud kebudayaan yang dilihat dari perubahan, penambahan dan penggantian serta materi pemanfaatan tentang pendidikan, agama, sosial, ekonomi, ilmu pengetahuan, teknologi dan kebudayaan yang teridiri dari tiga wujud kebudayaan, yaitu ide atau pemikiran atau norma, perilaku dan benda.
"Peserta kongres akan ada sebanyak 200 orang yang terdiri Bamus Betawi, lembaga kebudayaan Betawi, kampus, para pemerhati budaya Betawi dan pakar kebudayaan serta masyarakat umum dan media," katanya
Arie berharap hasil Kongres Kebudayaan Betawi Tahun 2011 membuahkan saran, masukan dan rekomendasi dari masyarakat dalam upaya pelestarian kebudayaan Betawi yang nantinya akan dijadikan sebagai bahan penyusunan perda.
Dengan begitu, tambah Arie, pengembangan dan pelestarian kebudayaan Betawi mempunyai aspek legalitas yang memungkinkan melakukan tindakan yang berkelanjutan dan strategi perlindungan budaya Betawi.
"Belum ada satu daerah pun hingga saat ini yang memiliki Perda tentang Pelestarian Kebudayaan. Kalau kita ada, maka Jakarta menjadi pionir bagi daerah lain untuk mendukung pengembangan kebudayaan melalui bentuk perda. Sebab, kebudayaan sangat penting bagi kehidupan dan peradaban manusia dari zaman dahulu hingga sekarang," tambahnya.
 
Sumber :

Ulasan :
    Disinilah peran manusia sebagai makhluk yang diberi kelebihan dalam segala hal, untuk dapat memanfaatkan segala fasilitas yang disediakan oleh Allah melalui alam ini. Sehingga dengan alam tersebut manusia dapat membentuk suatu kebudayaan yang bermartabat dan bernilai tinggi. Namun perlu digarisbawahi bahwa setiap kebudayaan akan bernilai tatkala manusia sebagai masyarakat mampu melaksanakan norma-norma yang ada sesuai dengan tata aturan agama dan aturan lain yang mengaturnya seperti Perundang-Undangan yang diberlakukan di PemProv DKI Jakarta.
    Manusia dan Kebudayaan itu saling berhubungan tanpa adanya manusia, maka kebudayaan tidak akan terbangun.begitu juga dengan kebudayaan. Dengan adanya kegiatan seperti yang dipaparkan pada artikel diatas maka Kebudayaan tersebut akan berkembang dan dapat dilestarikan sesuai dengan perkembangan zamannya. sehingga Kebudayaan tersebut tidak akan punah termakan oleh waktu.

Tugas - IBD Sebagai salah satu MKDU

Unand Gelar Festival 'Bunkasai'

Kamis, 4 April 2013 | 01:07 WIB
PADANG, KOMPAS.com--Universitas Andalas (Unand) Padang mengadakan acara festival kebudayaan Jepang atau "Bunkasai" ke-9 di Gedung Auditorium Kampus Limau Manis, 2-4 April.
"Acara ini digelar dalam rangka memperingati Ulang tahun ke tiga satu fakultas Ilmu Budaya Unand," kata Wakil Panitia Festival Kebudayaan Jepang atau "Bunkasai" ke-9, Yahya, di Padang, Selasa.
Dia menyebutkan ada beberapa kegiatan yang akan mengisi festival "Bunkasai" tahun ini antara lain seminar dan talkshow bahasa Jepang, pameran budaya Jepang, serta beberapa lomba yang temanya berhubungan dengan Jepang seperti lomba cerdas cermat, festival menyanyi Jepang, Lomba menulis huruf tradisional Jepang seperti "Kanji dan Kana".
Para peserta yang dapat ikut serta di dalamnya berasal dari siswa SMA se-Sumbar, mahasiswa, dan Umum.
Selain itu, kata dia, selama tiga hari juga akan disemarakkan dengan bazar yang dibuka dengan 24 macam stand atau galeri.
Semuanya acara tersebut dapat diikuti secara gratis dan tanpa memerlukan syarat apapun.
Untuk itu, imbuh dia, bagi masyarakat yang berminat dan tertarik dengan segala macam tentang Jepang dapat datang menghadiri festival itu.
Dia mengatakan, acara yang pertama kali digelar pada 2004 ini merupakan kegiatan rutin dari program studi Bahasa Jepang yang tujuannya untuk memperkenalkan budaya Jepang kepada seluruh masyarakat Sumatera Barat.
Sementara itu Wakil Rektor III Unand Novesar Djamarun berharap pada pelaksanaan "Bunkasai" tahun 2014 dapat bersifat nasional dengan mengundang beberapa tamu dari universitas-universitas yang ada di seluruh Indonesia.
Dengan begitu, imbuh dia, tidak hanya masyarakat Sumbar saja namun juga seluruh masyarakat Indonesia dapat menikmati festival tersebut. "Tentunya dengan catatan peningkatan kapasitas dan kegiatan yang lebih berskala nasional," katanya.

ANT
Editor :
Jodhi Yudono

OPINI :
    Festival yang diadakan oleh Unviversitas Andalas tersebut merupakan kegiatan positif yang dapat meningkatkan pengetahuan baik di kalangan Mahasiswa, Pelajar SMA maupun masyarakat umum. Hal ini juga termasuk aplikasi dari salah satu Ilmu Budaya Dasar yang diberikan pada jenjang Perguruan Tinggi. Penyajian mata kuliah Ilmu Budaya Dasar di tingkat Perguruan Tinggi tidak lain merupakan usaha yang diharapkan dapat memberikan pengetahuan dasar dan pengertian tentang konsep-konsep yang dikembangkan untuk mengkaji masalah-masalah manusia dan kebudayaan. Salah satu contohnya yaitu pada Festival Bunkasai yang diadakan oleh Universitas Andalas tersebut, dari acara tersebut kita bisa tahu bagaimana Kebudayaan dari Orang Jepang.
     Ilmu Budaya Dasar merupakan salah satu komponen dari sejumlah mata kuliah dasar umum (MKDU) yang mer upakan mata kuliah wajib disemua perguruan tinggi, baik yang sifatnya eksakta maupun noneksakta.  Secara khusus MKDU bertujuan untuk menghasilkan warga negara sarjana yang berkwalitas sebagai berikut:
1.    Berjiwa Pancasila sehingga segala keputusan serta tindakannya mencerminkan pengalaman nilai-nilai  Pancasila dan memiliki integritas kepribadian yang tinggi, yang mendahulukan ke pentingan nasional dan kemanusiaan sebagai sarjana Indonesia.
2.    Takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, bersikap dan bertindak sesuai dengan ajaran agamanya, dan memiliki tenggang rasa terhadap pemeluk agama lain.
3.    Memiliki wawasan komprehensif dan pendekatan integral didalam menyikapi permasalahan kehidupan baik  sosial,  ekonomi, politik, kebudayaan maupun pertahanan keamanan.
4.    Memiliki wawasan budaya yang luas tentang kehidupan bermasyarakat dan secara bersama-sama mampu berperan  serta meningkatkan kualitasnya, maupun lingkungan alamiah dan secara bersama-sama berperan serta didalam pelestariannya.
    Jadi Pendidikan umum  menitik beratkan pada usaha untuk  mengembangkan kepribadian mahasiswa , pada dasarnya berbeda dengan mata kuliah-mata kuliah bantu yang  bertujuan untuk menopang ke ahlian mahasiswa dalam disiplin ilmunya. Demikian pula berbeda dengan pendidi kan keahlian yang bertujuan untuk mengembangkan keahlian mahasiswa dalam bidang atau disiplin ilmunya.