Kamis, 30 Juni 2016

Kepingan Hati di Seoul

“Appa….! Aku tidak akan pergi dari Seoul. Aku akan tetap disini.”
“Tapi… kau harus ikut kami ke Berlin. Bukan begitu Tante?” Tanya Appa pada Tante.
“Kami tidak yakin kau bisa di sini bersama madam. Serin… apakah kau cemas dengan sekolahmu?? Nanti akan Tante bereskan. kau tenang saja” Tante menimpali perkataan Appa. Tapi Yun Serin si gadis muda yang baru menginjak bangku SMA ini masih tetap ngotot untuk tidak ikut pindah bersama orang tuanya ke Berlin.
“Appa…. ayolah. Aku bisa menjaga diri, lagian ini semester pertamaku dan kalau aku pindah ke sekolah lain sangat sulit bagiku untuk menyesuaikan diri. “Tante… Appa,, please… aku tetap disini saja, aku bisa menjaga diri. kalian tidak usah khawatir.“ ucap Serin dengan penuh harap agar Tante dan Appanya mengizinkannya.
“Habiskan dulu makananmu… nanti akan kita bicarakan lagi” ujar Tantenya.
*****
Yun Serin, seorang gadis muda yang periang. Ia sangat suka dengan musik. Ia tidak ingin pindah dari Seoul karena gadis ini sangat mencintai kota kelahirannya. Keluarganya harus pindah ke Berlin karena ayahnya pindah tugas. Ia tetap ngotot untuk tinggal di Seoul.
“Yukee … kau punya waktu? Ya… bisakah kau kerumah ku..?? Ok… aku tunggu” sambungan komunikasi terputus. Serin baru saja menelepon teman baiknya, Yukee untuk datang kerumahnya. Sambil menunggu kedatangan temannya itu, Serin mencari-cari sesuatu, ia terus saja mencari dan ia menemukan diary kesayangannya dan tanpa sengaja ia melihat sebuah benda berbentuk untaian dan melingkar. Gadis ini terus saja memandangi benda itu, hingga memacu otaknya untuk mengingat memori-memori lamanya.

Gadis kecil yang sedang bersepeda itu melajukan sepedanya dengan riang, sambil memegang suatu benda yang baru ia dapatkan dari Ibunya. Benda itu ialah Kalung. hadiah dari Ibu atas kemenangannya dalam lomba musik. Gadis kecil yang berumur 7 tahun itu terus melajukan sepedanya dengan hati yang gembira.... dan tiba-tiba saja gadis itu terjatuh… dan Kalung pemberian Ibunya hilang.. ia terus mencari, dan terus mencari…”

“Serin” suara lembut dari seorang gadis yang sebaya dengan Serin membuyarkan lamunannya.
“Hai… Yukee…. Kau sudah datang” sahut Serin sambil meletakkan kembali Kalung yang sedang dipegangnya.
“Ada apa kau menelponku ?” Tanya gadis itu sambil mengangkat salah satu alisnya.
“Orang tuaku akan pindah ke Berlin…”
“Kau.. juga akan pindah ? “ sambung Yukee.
“Aku tidak tahu. Aku ingin tetap disini. Tapi mereka memaksaku terus, apa yang harus kulakukan ? mereka mencemaskanku karena aku hanya sendirian disini.”
“Turuti kata hatimu dan lakukan yang terbaik untukmu. jika kau tetap ingin disini bujuk mereka. Aku akan membantumu“ Jawab Yukee.
“Sungguh….?? Wah… kau baik sekali Yukee….. terima kasih…” ujar Serin dengan senang.
“Memang ini kan yang kau harapkan ? Aku juga lebih senang jika aku bisa membantumu“ sahut Yukee sambil menyunggingkan seulas senyuman.
****
Ztzzzztttt…….Zzzztttt….. bunyi getaran Handphone membuat Serin terbangun dari tidur lelapnya. Sulit baginya untuk membuka kelopak mata yang begitu berat. Ia merogoh tempat tidurnya mencari sumber getaran yang membuat tidurnya terganggu…. Ia terus mencari sumber bunyi itu dan akhirnya….. ia menemukan alat itu dan segera membuka flap phonenya…
“halo” ujar gadis dengan suara serak dan setengah tidur.
“Serin… Apa kabar nak ? amma kangen kamu. Kamu jadi pindah ke Berlin ?” terdengar suara wanita dari ujung telfon. Serin pun bergegas bangkit mendengar suara tersebut. Air matanya tak dapat terbendung mendengar suara Ammanya dari ujung telfon. Dengan tersedu-sedu ia pun berkata “Alhamdulillah aku baik ma, aku juga kangen Amma, pengen ketemu dan curhat sama Amma.”
“Sayang… yang tabah yah. Walaupun Amma gak ada di dekat kamu, tapi Amma akan selalu ada buat kamu. Kamu bisa kok cerita ke Amma lewat SMS atau telfon” Jawab Amma.
Sesungguhnya hati seorang anak akan hancur melihat orang tuanya bercerai. Dan Serin pun ingin mencoba untuk menyatukan kembali kedua orang tuanya yang telah lama berpisah. Tapi ia sadar bahwa niat baiknya tersebut tak akan berbuah manis, karena Ammanya telah menjadi milik pria lain.
****
Gadis remaja itu terus saja memandangi gambar yang terpajang di sudut kamarnya, gambar itu adalah foto ketika Serin, Appa, dan Amma berlibur bersama di Berlin. Sesaat kemudian terlintaslah fikiran-fikiran yang merasuki otaknya. Ia mencoba mengungkapkan apa yang ia rasakan dalam hatinya, ”Aku mengerti apa yang di pikirkan kedua orang tua mengapa mereka tega mengorbankan kebahagiaan anaknya sendiri. Aku sendiri sudah lupa dan tak ingat sama sekali kehangatan keluargaku yang pernah aku rasakan, karena aku masih balita yang tak tahu apa-apa ketika orang tua ku bercerai.”

Dengan perlahan Serin pun mulai membuka matanya. Ia bisa merasakan bagaimana kasih sayang Appa dan Tantenya, hingga mampu membuat Serin tegar dan bahagia hidup dengan mereka tanpa Amma yang selama ini jauh darinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar