DKI Akan Gelar Kongres Kebudayaan Betawi
Sabtu, 3 Desember 2011 | 10:07 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com--Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta akan menggelar Kongres Kebudayaan Betawi selama tiga hari pada Senin (5/12) hingga Rabu (7/12) di Jakarta Pusat.
Menurut Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) DKI Jakarta, Arie Budhiman kepada wartawan di Balaikota, Kamis (1/12), kongres kebudayaan ini bertujuan melestarikan, mengembangkan dan memanfaatkan kebudayaan Betawi agar tidak punah seiiring perkembangan zaman.
"Diharapkan dari hasil kongres dapat menghasilkan rekomendasi usulan kebijakan pelestarian budaya dalam bentuk Peraturan Daerah (Perda) tentang Pelestarian Kebudayaan Betawi," katanya.
Ia mengatakan, Kongres Kebudayaan Betawi diadakan berdasarkan Undang-Undang (UU) Nomor 29 Tahun 2007 tentang Pemprov DKI Jakarta sebagai Ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia.
"Pemprov DKI Jakarta berkewajiban mengembangkan budaya lokalnya, yaitu budaya Betawi bersamaan budaya-budaya lain yang tumbuh berkembang di Ibukota," ujarnya.
Penyelenggaraan kongres diharapkan dapat menjaring saran dan keinginan masyarakat dalam upaya pelestarian, pengembangan dan pemanfaatan kebudayan Betawi di Jakarta.
"Selanjutnya dapat dihasilkan saran, rekomendasi dan kesepakatan yang akan menjadi cikal bakal Perda Pelestarian Kebudayaan Betawi. Perda ini tersusun dengan mengakomodasi aspirasi seluruh masyarakat Betawi yang ada di ibukota," tuturnya.
Ia menjelaskan, legalitas pelestarian kebudayaan Betawi yang akan dituangkan dalam bentuk perda harus mewakili 11 aspek kebudayaan. Diantaranya kesenian, kepurbakalaan, kesejarahan, permuseuman, kebahasaan, kesusastraan, tradisi, Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, kepustakaan, kenaskahan dan perfilman.
"Materi kongres akan mewakili 11 aspek kebudayaan yang akan dimatangkan sebelumnya dalam diskusi. Materi kongres akan meliputi upaya perlindungan seperti upaya pencegahan dan penanggulangan tiga wujud kebudayaan dari kerusakan, kepunahan," katanya.
Lalu materi pengembangan wujud kebudayaan yang dilihat dari perubahan, penambahan dan penggantian serta materi pemanfaatan tentang pendidikan, agama, sosial, ekonomi, ilmu pengetahuan, teknologi dan kebudayaan yang teridiri dari tiga wujud kebudayaan, yaitu ide atau pemikiran atau norma, perilaku dan benda.
"Peserta kongres akan ada sebanyak 200 orang yang terdiri Bamus Betawi, lembaga kebudayaan Betawi, kampus, para pemerhati budaya Betawi dan pakar kebudayaan serta masyarakat umum dan media," katanya
Arie berharap hasil Kongres Kebudayaan Betawi Tahun 2011 membuahkan saran, masukan dan rekomendasi dari masyarakat dalam upaya pelestarian kebudayaan Betawi yang nantinya akan dijadikan sebagai bahan penyusunan perda.
Dengan begitu, tambah Arie, pengembangan dan pelestarian kebudayaan Betawi mempunyai aspek legalitas yang memungkinkan melakukan tindakan yang berkelanjutan dan strategi perlindungan budaya Betawi.
"Belum ada satu daerah pun hingga saat ini yang memiliki Perda tentang Pelestarian Kebudayaan. Kalau kita ada, maka Jakarta menjadi pionir bagi daerah lain untuk mendukung pengembangan kebudayaan melalui bentuk perda. Sebab, kebudayaan sangat penting bagi kehidupan dan peradaban manusia dari zaman dahulu hingga sekarang," tambahnya.
JAKARTA, KOMPAS.com--Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta akan menggelar Kongres Kebudayaan Betawi selama tiga hari pada Senin (5/12) hingga Rabu (7/12) di Jakarta Pusat.
Menurut Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) DKI Jakarta, Arie Budhiman kepada wartawan di Balaikota, Kamis (1/12), kongres kebudayaan ini bertujuan melestarikan, mengembangkan dan memanfaatkan kebudayaan Betawi agar tidak punah seiiring perkembangan zaman.
"Diharapkan dari hasil kongres dapat menghasilkan rekomendasi usulan kebijakan pelestarian budaya dalam bentuk Peraturan Daerah (Perda) tentang Pelestarian Kebudayaan Betawi," katanya.
Ia mengatakan, Kongres Kebudayaan Betawi diadakan berdasarkan Undang-Undang (UU) Nomor 29 Tahun 2007 tentang Pemprov DKI Jakarta sebagai Ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia.
"Pemprov DKI Jakarta berkewajiban mengembangkan budaya lokalnya, yaitu budaya Betawi bersamaan budaya-budaya lain yang tumbuh berkembang di Ibukota," ujarnya.
Penyelenggaraan kongres diharapkan dapat menjaring saran dan keinginan masyarakat dalam upaya pelestarian, pengembangan dan pemanfaatan kebudayan Betawi di Jakarta.
"Selanjutnya dapat dihasilkan saran, rekomendasi dan kesepakatan yang akan menjadi cikal bakal Perda Pelestarian Kebudayaan Betawi. Perda ini tersusun dengan mengakomodasi aspirasi seluruh masyarakat Betawi yang ada di ibukota," tuturnya.
Ia menjelaskan, legalitas pelestarian kebudayaan Betawi yang akan dituangkan dalam bentuk perda harus mewakili 11 aspek kebudayaan. Diantaranya kesenian, kepurbakalaan, kesejarahan, permuseuman, kebahasaan, kesusastraan, tradisi, Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, kepustakaan, kenaskahan dan perfilman.
"Materi kongres akan mewakili 11 aspek kebudayaan yang akan dimatangkan sebelumnya dalam diskusi. Materi kongres akan meliputi upaya perlindungan seperti upaya pencegahan dan penanggulangan tiga wujud kebudayaan dari kerusakan, kepunahan," katanya.
Lalu materi pengembangan wujud kebudayaan yang dilihat dari perubahan, penambahan dan penggantian serta materi pemanfaatan tentang pendidikan, agama, sosial, ekonomi, ilmu pengetahuan, teknologi dan kebudayaan yang teridiri dari tiga wujud kebudayaan, yaitu ide atau pemikiran atau norma, perilaku dan benda.
"Peserta kongres akan ada sebanyak 200 orang yang terdiri Bamus Betawi, lembaga kebudayaan Betawi, kampus, para pemerhati budaya Betawi dan pakar kebudayaan serta masyarakat umum dan media," katanya
Arie berharap hasil Kongres Kebudayaan Betawi Tahun 2011 membuahkan saran, masukan dan rekomendasi dari masyarakat dalam upaya pelestarian kebudayaan Betawi yang nantinya akan dijadikan sebagai bahan penyusunan perda.
Dengan begitu, tambah Arie, pengembangan dan pelestarian kebudayaan Betawi mempunyai aspek legalitas yang memungkinkan melakukan tindakan yang berkelanjutan dan strategi perlindungan budaya Betawi.
"Belum ada satu daerah pun hingga saat ini yang memiliki Perda tentang Pelestarian Kebudayaan. Kalau kita ada, maka Jakarta menjadi pionir bagi daerah lain untuk mendukung pengembangan kebudayaan melalui bentuk perda. Sebab, kebudayaan sangat penting bagi kehidupan dan peradaban manusia dari zaman dahulu hingga sekarang," tambahnya.
Sumber :
http://oase.kompas.com/read/2011/12/03/10071841/DKI.Akan.Gelar.Kongres.Kebudayaan.Betawi
ANT
Editor :
Jodhi Yudono
ANT
Editor :
Jodhi Yudono
Ulasan :
Disinilah peran manusia sebagai makhluk yang diberi kelebihan dalam segala hal, untuk dapat memanfaatkan segala fasilitas yang disediakan oleh Allah melalui alam ini. Sehingga dengan alam tersebut manusia dapat membentuk suatu kebudayaan yang bermartabat dan bernilai tinggi. Namun perlu digarisbawahi bahwa setiap kebudayaan akan bernilai tatkala manusia sebagai masyarakat mampu melaksanakan norma-norma yang ada sesuai dengan tata aturan agama dan aturan lain yang mengaturnya seperti Perundang-Undangan yang diberlakukan di PemProv DKI Jakarta.
Manusia dan Kebudayaan itu saling berhubungan tanpa adanya manusia, maka kebudayaan tidak akan terbangun.begitu juga dengan kebudayaan. Dengan adanya kegiatan seperti yang dipaparkan pada artikel diatas maka Kebudayaan tersebut akan berkembang dan dapat dilestarikan sesuai dengan perkembangan zamannya. sehingga Kebudayaan tersebut tidak akan punah termakan oleh waktu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar